span.fullpost {display:inline;}

Minggu, 25 Maret 2012

Yang Terbaik Hanya Bagi Dia


Lukas 7:44 ... "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberi Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.


Melakukan yang terbaik bagi Tuhan membutuhkan sebuah komitmen, karena didalamnya pasti ada pengorbanan dan disaat kita mulai melakukannya kita akan diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Dan saat itulah kesetiaan kita kepada Tuhan akan teruji.


Ketika Yesus berada dalam sebuah undangan makan, Ia dikelilingi oleh banyak orang. Ada orang-orang Farisi, golongan yang sangat berpengaruh dan berpegang teguh pada hukum taurat. Ada juga para murid Yesus, kelompok yang sangat dekat dengan Yesus, yang setiap hari melayani bersama Yesus, dan setiap saat menyaksikan banyak mujizat yang Yesus lakukan. Lalu masuk pula seorang wanita yang dikenal sebagai wanita yang berdosa, yang terhina dan sangat dikucilkan oleh masyarakat pada jaman itu. Namun berbeda dengan semua orang yang ada di tempat itu, karena wanita ini datang bukan untuk memenuhi undangan makan dan bergabung dengan ‘orang-orang terpelajar’ di tempat itu. Tetapi dia datang khusus untuk mencari Yesus. Mengingat bahwa wanita ini “terkenal sebagai orang berdosa” (ayat 37) sudah tentu setiap orang yang melihat kehadirannya akan bertanya-tanya, apa tujuan dia datang ke tempat itu. Bukankah yang berada saat itu adalah orang-orang farisi dan para murid Yesus yang pasti bagi sebagian orang mereka adalah orang-orang yang saleh dan terpelajar. Dan apakah wanita ini tidak malu berada diantara mereka? Namun itulah yang terjadi “ketika dia mendengar Yesus ada ditempat itu, dia datang untuk mencari Yesus. Dan ia tidak datang dengan tangan kosong tetapi membawa buli-buli berisi minyak wangi yang telah dipersiapkan dari rumahnya. Bisa dibayangkan bagaimana ramainya keadaan jamuan makan saat itu. Semua orang pasti asyik menikmati suasana. Namun hal itu tidak membuat wanita ini kehilangan focus pada tujuannya. Ditengah-tengah segala keramaian yang ada, wanita ini tetap pada tujuan kedatangannya, yaitu YESUS. Dia masuk dan mengambil tempat yang paling dekat dengan Yesus yaitu di kaki-Nya. Sebuah tempat yang sama sekali tidak menjadi pilihan dari orang-orang yang lebih dahulu ada di sana. Semua orang memilih untuk duduk “sejajar” dengan Yesus, tetapi wanita ini memilih untuk duduk di “dekat kaki Yesus”. Dan sementara semua orang sedang menikmati makan dan minum, wanita ini mulai membasahi kaki Yesus dengan air matanya bahkan menyekanya dengan rambutnya. Dan sementara orang-orang menantikan kalau saja Yesus akan melakukan mujizat, wanita ini mulai memecahkan buli- buli dan menuangkan minyak wangi di kaki Yesus. Ya.. disaat semua orang menunggu untuk memperoleh “sesuatu” dari Yesus, wanita ini malah “berkorban” bagi Yesus. Bahkan wanita ini memberikan yang terbaik dari apa yang dia miliki, yaitu minyak wangi yang mahal harganya. Renungkan bagian ini… dan pastikanlah di posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita sedang asyik menikmati “jamuan makan dan minum” dari berkat-berkat yang Tuhan berikan bagi kita? Atau kita sedang menjadi “penonton” melihat mujizat Allah – tanpa pernah mengalaminya. Belajar pada wanita ini, dia datang dengan kerinduan hatinya, dia mengambil tempat duduk dari kerendahan hatinya, dan dia berkorban dengan ketulusan hatinya. Banyak orang bisa memberi dan melakukan apa saja untuk Tuhan. Tetapi berani berkorban bagi Tuhan hanya dapat dilakukan oleh orang yang hatinya benar-benar melekat kepada Dia. Hal yang sederhana saja, beranikah kita mengambil waktu ‘berharga’ yang biasa kita habiskan untuk diri kita sendiri atau untuk bersenang-senang, dan memakainya untuk Tuhan? Melakukan yang terbaik bagi Tuhan membutuhkan sebuah komitmen. Karena di dalamnya pasti ada pengorbanan dan disaat kita mulai melakukannya kita akan diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Baik tantangan dari orang-orang disekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Wanita ini memiliki komitmen yang teguh, sehingga ketika semua orang menunjukkan sikap yang tidak senang terhadap apa yang dia lakukan, wanita ini memilih untuk tetap diam dan terus melayani Yesus. Simon, si Farisi tidak mendapat pujian dari Yesus, padahal dia yang mengundang Yesus makan dirumahnya. Hati Yesus lebih tersentuh dengan pelayanan seorang wanita yang dianggap berdosa oleh orang-orang di tempat itu. Mungkin saat ini, kita sedang melakukan banyak hal dalam pelayanan, dan dengan berbangga hati kita menganggap telah berhasil mengambil hati Tuhan. Ingat, wanita ini mendapat perhatian dari Yesus bukan karena ‘minyak wanginya’ tetapi karena hatinya yang mengasihi dan mau berkorban untuk memberi yang terbaik yang dimilikinya bagi Tuhan. Memberi yang terbaik bagi Tuhan adalah sebuah pilihan. Mulailah melakukannya hari ini, atau engkau tidak akan pernah melakukannya…. (PN)